Hermann Staudinger, Bapak Penemu Polimer

Chimpanzee
4 min readDec 30, 2022

Halo Sob, Apakah kalian pernah dengar atau tahu apa itu polimer? Nggak apa-apa sob, polimer memang masih terdengar asing bagi masyarakat umum. Mungkin kalian lebih tahu tentang plastik. Ya, plastik sehari-hari yang kita pakai itu adalah salah satu contoh dari polimer Sob.

(Sumber : rubicon.com/wp-content/uploads/2021/07/shutterstock_1555474487-scaled.jpg)

Polimer adalah salah satu kelas dari suatu zat alami atau sintetik yang terdiri dari molekul yang sangat besar yang disebut makromolekul. Makromolekul ini adalah rangkaian dari unit kimia yang lebih sederhana yang disebut monomer (1). Kalau diibaratkan kira-kira seperti gambar dibawah, rangkaian peniti itulah yang dinamakan polimer dan satu peniti itu adalah monomer.

(Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/86/Clipspla.jpg)

Definisi lain Polimer menurut IUPAC adalah

A polymer is a substance composed of macromolecules. A macromolecule is a molecule of high relative molecular mass, the structure of which essentially comprises the multiple repetition of units derived, actually or conceptually, from molecules of low relative molecular mass. (pakai fitur quote medium)

Polimer ini tidak hanya plastik saja sob tetapi juga dijumpai di makhluk hidup contohnya selulosa pada pohon, protein pada hewan maupun tumbuhan dan asam nukleat.

Penasaran ga sih siapa yang menemukan polimer ini?.

Hermann Staudinger (Sumber : https://www.nobelprize.org/images/staudinger-13089-content-portrait-mobile-tiny.jpg)

Kenalin sob bapak teori makromolekul, Hermann Staudinger. Lahir di Kota Worms, Jerman, pada tanggal 23 Maret 1881, Hermann Staudinger ini adalah kimiawan yang berhasil menemukan eksistensi dari makromolekul yang beliau sebut sebagai polimer, pada tahun awal tahun 1920-an.

Bapak Hermann Staudinger, setelah lulus sekolah, beliau melanjutkan studinya di University of Halle dan kemudian di Darmstadt dan Munich. Beliau lulus dari University of Halle pada tahun 1903 dan terkualifikasi sebagai dosen dibawah pengawasan Professor Thiele dari Strasbourg University pada tahun 1907. Pada November 1907, beliau ditunjuk sebagai Professor of Organic Chemistry di Institute of Chemistry of the Technische Hochschule di Karlsruhe.

Kemudian, selama 14 tahun beliau adalah dosen di Eidgenössische Technische Hochschule di Zurich.

REAKSI POLIMERISASI

Pada tahun 1920, beliau menggegerkan komunitas kimia internasional ketika dia men “dalil” kan bahwa material seperti karet alam memiliki berat molekul yang sangat besar. Di paper beliau yang berjudul “Über Polymerisation”, beliau menunjukkan beberapa reaksi yang membentuk molekul dengan berat yang sangat besar dengan cara menghubungkan molekul-molekul kecil yang sangat banyak.(3) Reaksi kimia yang berhasil beliau lakukan inilah yang dinamakan reaksi polimerisasi, dimana satu unit yang berulang dihubungkan dengan menggunakan ikatan kovalen.

Konsep baru yang ia sebut sebagai “makromolekul” yang berhasil ia temukan di 1922 ini, berhasil melingkupi polimer natural dan sintetik. Konsep inilah yang menjadi kunci bagi material polimer modern dan aplikasinya.

(Sumber : https://pubs.rsc.org/image/article/2020/PY/c9py90161b/c9py90161b-u1_hi-res.gif)

TANTANGAN TEORI MAKROMOLEKUL STAUDINGER

Tentunya jalan beliau dalam meneliti teori makromolekul ini tidak selalu berjalan dengan mulus. Seperti layaknya teori-teori lain yang baru di dalam dunia sains, teori tersebut selalu ada yang menentang. Komunitas ilmiah pada zaman itu masih sangatlah enggan menerima bahwa ada senyawa yang sangat besar yang memiliki berat molekul lebih dari 5000. Staudinger, mengikuti tradisi ilmiah kimia organik klasik, menghadirkan bukti eksperimental yang kuat untuk mendukung keberadaan polimer dengan berat molekul tinggi. Dia memilih karet alam sebagai sistem model karena kimiawan asal jerman lain yaitu Carl Harries dan Rudolf Pummerer telah menyarankan secara independen bahwa karet alam terdiri dari agregat unit poliisoprena siklik kecil melalui “valensi parsial” yang terkait dengan ikatan rangkap. Agregat seperti itu seharusnya dihancurkan ketika ikatan rangkap dihilangkan dengan hidrogenasi. Eksperimen hidrogenasi Staudinger menunjukkan bahwa karet terhidrogenasi sangat mirip dengan karet tak jenuh normal.

Meskipun telah menunjukkan bukti eksperimen yang mengesankan, Beliau tetap ditentang oleh kimiawan-kimiawan terkemuka selama hampir 20 tahun. Ditengah gempuran tersebut Staudinger tidak pernah untuk berhenti untuk mengenalkan konsepnya tentang kimia polimer. Sampai pada akhirnya di sekitar akhir 1920an dan 1930an konsep dari Staudinger ini mulai diterima oleh kimiawan lain. meskipun beberapa masih menolak tapi konsep Staudinger ini mulai diterapkan di proses industri.

Staudinger mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Laboratorium Kimia Universitas pada bulan April 1951, dan menerima penunjukan kehormatan sebagai Kepala Institut Riset Negara Jerman untuk Kimia Makromolekul, yang dipegangnya hingga April 1956. (2)

Menjelang akhir kehidupan aktifnya di bidang penelitian, Staudinger beralih ke studi tentang makromolekul biologis, atau biomolekul. Pada tahun 1953 ia dianugerahi Hadiah Nobel Kimia, 30 tahun setelah karya rintisannya di bidang polimer.

Penulis :
Muhammad Hakeem Alvanneda (Teknik Material 2021)

Editor :
Rizkynadifa Anggarine (Teknik Material 2019)
Annisa Yudiani (Teknik Material 2019)

Referensi :
https://www.britannica.com/science/polymer/Synthetic-polymers
https://www.nobelprize.org/prizes/chemistry/1953/staudinger/biographical/
American Chemical Society International Historic Chemical Landmarks. Foundations of Polymer Science: Hermann Staudinger and Macromolecules. http://www.acs.org/content/acs/en/education/whatischemistry/landmarks/staudingerpolymerscience.html (accessed 24 December, 2022).

--

--

Chimpanzee

Info menarik seputar Sains dan Teknik Material. Tertarik dengan Teknik Material? Kunjungi kami di IG: deformasi.mtm